Sengkuni, Penguasa Hastinapura Sebenarnya

- April 02, 2018
advertise here
advertise here



Advertisement advertise here
Patih Arya Sengkuni dalam versi Jawa memiliki nama kecil Arya Suman alias Raden Trigantalpati, atau versi Indianya Raja Gandara. Tokoh ini sudah dari sononya merangkap jabatan sebagai ketua partai raja di Condong Catur Kerajaan Gandhara (Jawa : Plasajenar) sekaligus ketua MPR mahapatih di Astina Pura. 

Di sini penulis tidak akan mengurai asal-usul Sengkuni melainkan akan mengupas kiprah tokoh ini di dunia percaturan politik Astinapura maupun perannya dalam menghancurkan persaudaraan Pandawa dan Kurawa dengan menciptakan Bharatayuda (perang saudara antara keturunan Bharata). 

Lebih tepatnya penulis coba menggali dari sudut pandang tokoh sekitar Sengkuni sendiri. Karena sangat besar pengaruh tokoh ini dalam menentukan arah cerita dari episode Prabu Pandu Dewanata (Dewayana) hingga akhir ajalnya sendiri di penghujung Baratayuda. Tidak berlebihan jika dikatakan dialah dalang pada penggalan episode itu sebagai bagian dari epos Mahabharata.  

Dialah yang menyusun bidak-bidak catur di Padang Kurusetra, dia juga yang merancang siapa senapati yang akan saling berhadapan dalam perang tanding Baratayuda, bukan .. bukan Prabu Kresna yang mengatur semua itu. Sri Kresna hanya menyeimbangkan saja karena begitulah tugas Wisnu yang menitis pada diri Sri Kresna. 

Apakah Kresna membela Abimanyu saat satria muda anak Arjuna ini dikeroyok ribuan prajurit, di saat yang sama harus meladeni panah-panah Duryudana, Karna, Durna, Dursasana, yang mengepungnya sendirian tanpa seorang pun membantunya? No way.


Adegan Abimanyu Gugur di Album Cerita Ternama, ACT

Hingga bocah ini harus menyabung nyawa dalam pertempuran yang sangat tidak seimbang. Hanya Bisma sajalah yang terhindar dari dosa pembantaian Angkawijaya alias Abimanyu. Itupun lagi-lagi atas upaya Sengkuni untuk menjauhkan Bisma dari pertempuran terkutuk tersebut, karena sang Bisma satu-satunya tokoh yang masih menjunjung tinggi jiwa ksatria di pihak kurawa, satu-satunya tokoh yang bisa membatalkan strategi busuk pertempuran terkutuk para pengecut.

Mundur sejenak kita ke kisah Balae Sigala Gala, di sini jualah Sengkuni merancang sebuah bangunan pesanggrahan guna katanya menjamu Pandawa beserta Ibu Kunti. Bahan bangunan proyek pesanggrahan telah ditetapkan menggunakan material yang mudah terbakar dengan maksud ketika para Pandawa tidak sadarkan diri, bangunan ini dibakar akan cepat habis demi memusnahkan bukti-bukti yang mungkin terlewat ditinggalkan. 


Bale Sigala-gala oleh Ratmoyo dan Abas Depdikbud Th 1975

Penulis tidak sepakat bahwa di sini para Pandawa “berhasil” dicekoki miras, diajak mabuk-mabukan sampai tepar, ini mustahil. Akan tetapi dalam minuman mereka telah dicampur dengan racikan bahan-bahan yang memabukkan, tentu tanpa sepengetahuan Pandawa. Walaupun ujungnya makar ini gagal maning, gagal maning, berkat kewaspadaan Sang paman - adik Pabu Pandu - Yama Widura. 

Peristiwa sebelumnya lagi yang dikenal dengan sebutan Pandawa kalah gaple Main Dadu. Di mana dikisahkan Sengkuni menyelenggarakan Pertandingan Dadu Persahabatan *ceilee gokil, antara Duryudana dan Yudistira. Dan siapakan wasitnya? Ya tepat, Sengkuni mengangkat diri sebagai blandar (bandar). 

Umumnya kita disuguhi adegan layaknya Duryudana dan Yudistira sedang bermain dadu dan Sengkuni lah yang menguasai dadunya. Rasanya kok, mustahil banget ya pandawa bisa kena muslihat terjebak bermain judi hingga mempertaruhkan Indraprasta (Amarta Pura) bahkan istrinya Drupadi (India : Pancali). Big no !!!


Pandawa Diperdaya

Kids zaman now saja tahu, Indraprasta bisa diakusisi oleh Kurawa Group disebabkan Pandawa Group tidak bisa membuktikan legalitas bukti kepemilikan atas kerajaan yang dibaliknamakan dari pemilik sebelumnya. Begitu gugatan diajukan, Pandawa kalah. Ya iyalah, tentu saja sertifikatnya juga gaib lha piye Jal, yang punya jin, notarisnya juga dhemit. Masook? Celah ini terlampau gampang buat level seorang Sengkuni. Bagai mimpi hanya dalam sekejap mata Pandawa telah blusukan lagi di hutan sebab terusir dari rumahnya sendiri. 

Tidak cukup sampai di situ bahkan para Pandawa, Ibu Kunti dan Drupadi selama 12 tahun harus tinggal di hutan plus 1 tahun sembunyi atau menyamar, jika ketahuan maka pembuangan akan diulang lagi 13 tahun di pengasingan, begitu seterusnya. Di balik semua skenario ini - he’s the man - Sengkunilah orangnya. Bukankan ini seperti separuh episode Mahabarata seolah dia yang menuliskan skripnya. 


Patih Sengkuni versi wayang kulit

Untungnya di ujung cerita karma memihak kepada kebenaran, Sengkuni menuai badai atas taburan angin. Su’ul khatimah dia yaa akhi, *hu yeah … di akhir hidupnya harus merasakan tajamnya kuku Pancanaka Bima merobek mulutnya lebar-lebar hingga ke telinga. Rasakno, Ni!

Demikian tulisan ini dibuat, jika ada kesamaan cerita, memang kami sengaja kok, ngerti ora Son.

...mblegudhug monyor monyor, swala gembong, howello howello, oooouuh wha ha ha…
            
                                                                                                                                          Penulis, Durna     

 

Start typing and press Enter to search