Wong Agung Jayengrono alias Amir Ambyah (Amir Hamzah), Umar Moyo, Umar Madi, Imam Suwongso, Prabu Nusirwan adalah sebagian tokoh wayang golek Menak yang dikenal di Tataran Palembang, Cirebon, Yogyakarta, Surakarta, dan Lombok.
Tokoh-tokoh tadi adalah para pelakon Babad Stambul (sejarah kedaulatan Bani Umayyah Istambul Turki). Ada 2 perbedaan besar bila dibandingkan dengan wayang golek Pasundan, dari setting cerita, golek Sunda berisi epos Mahabharata dan Ramayana, kemudian dari tampilan kostumnya golek Sunda, tokoh kesatria dan para raja umumnya tidak mengenakan pakaian atas selain selendang, kecuali Si Astrajingga alias Cepot.
Dalam golek Menak hampir semua tokohnya mengenakan gamis - baju lengan panjang, terkecuali para panakawan justru tidak memakai baju atas. Dari sini terlihat pengaruh kultur Islam yang sangat kental. Pamor golek Menak memang kalah bila dibandingkan dengan golek Sunda yang gegap gempita di tangan dalang-dalang yang progresif dan revolusioner yang benar-benar memanfaatkan teknologi modern.
Golek Menak tertinggal dalam hal inovasi, ini ada kaitannya dengan kehati-hatian dalam “kutukan” pintu ijtihad telah ditutup. Lagi-lagi kaum muslim terganjal menyelesaikan PR-nya yang tak kunjung dikerjakan. Ijtihad masih menjadi barang tabu dibicarakan apalagi diimplementasikan,
Jika paradigmanya demikian, hanya mempertahankan yang telah ada saja tanpa bergerak mengembangkan, entah berapa abad lagi peradaban Islam akan terus terseok-seok tak pernah beranjak senanomilimeter pun, sekedar membanggakan kejayaan masa silam. Entah hari ini masih adakah yang disebut peradaban Islam itu?
Kriik ... kriik ... kriik ...
Tiba waktunya mesti bervisi ke depan, bukankan Islam ajaran yang senantiasa memprioritaskan masa depan (akhirat)
Ketika firman Allah menyebutkan 7 langit, hendaknya jangan berhenti di titik mengimaninya semata, ini perintah agar kita bergerak beramal saleh (berkarya nyata) dengan membuat wahana guna melintasi 7 sap angkasa raya-Nya.
Ketika Allah memperjalankan Rasul-Nya dengan menunggang buraq, tidak mandek dengan mengimani saja, lanjutkan dengan membangun mega proyek superspeed space craft yang sanggup melawan gaya sentrifugal tanpa berkurang kecepatannya saat quantum leaping tiap tapal batas antar langit.
Sebetulnya 'bocoran informasi' ini bisa disaksikan dalam film Star Trek, dan penulis curiga jangan-jangan film tersebut semacam blue print kasar dari dream project yang dijalankan NASA dengan fakta-fakta yang dirahasiakan di Area 51 yang top clasify. Jika kita cermati kapal angkasa luar di sini menggunakan power supply yang diasup energinya oleh sebuah reaktor nuklir.
Lantas apa kaitannya dengan wayang golek dan Turki di atas? Pertama-tama, kita harus sanggup mengakui, bahwa saat ini dunia Islam telah sangat jauuuuh tertinggal di segala sektor dengan dunia luar karena terlalu sibuk bertengkar dalam hal-hal khilafiyyah, hingga lupa atau lebih tepatnya lalai akan misi utama dari langit yang diembannya sebagai khalifah fil ardhi.
Wayang golek Menak
Tokoh-tokoh tadi adalah para pelakon Babad Stambul (sejarah kedaulatan Bani Umayyah Istambul Turki). Ada 2 perbedaan besar bila dibandingkan dengan wayang golek Pasundan, dari setting cerita, golek Sunda berisi epos Mahabharata dan Ramayana, kemudian dari tampilan kostumnya golek Sunda, tokoh kesatria dan para raja umumnya tidak mengenakan pakaian atas selain selendang, kecuali Si Astrajingga alias Cepot.
Raja, Ksatria dan Cepot
Dalam golek Menak hampir semua tokohnya mengenakan gamis - baju lengan panjang, terkecuali para panakawan justru tidak memakai baju atas. Dari sini terlihat pengaruh kultur Islam yang sangat kental. Pamor golek Menak memang kalah bila dibandingkan dengan golek Sunda yang gegap gempita di tangan dalang-dalang yang progresif dan revolusioner yang benar-benar memanfaatkan teknologi modern.
Golek Menak tertinggal dalam hal inovasi, ini ada kaitannya dengan kehati-hatian dalam “kutukan” pintu ijtihad telah ditutup. Lagi-lagi kaum muslim terganjal menyelesaikan PR-nya yang tak kunjung dikerjakan. Ijtihad masih menjadi barang tabu dibicarakan apalagi diimplementasikan,
... pangkalnya jauh, ujungnya belum tiba ...
Advertisement

Kriik ... kriik ... kriik ...
Tiba waktunya mesti bervisi ke depan, bukankan Islam ajaran yang senantiasa memprioritaskan masa depan (akhirat)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al Hasyr : 18)Masa lalu adalah titik tolak yang menjadi cermin bagai spion yang 'maqomnya' ditempel di samping kendaraan, sesekali dilirik untuk meyakinkan posisi pengendali setir tanpa kehilangan arah serta memperhatikan laju ke depan dan memastikan semua penumpang selamat sampai tujuan.
Ketika firman Allah menyebutkan 7 langit, hendaknya jangan berhenti di titik mengimaninya semata, ini perintah agar kita bergerak beramal saleh (berkarya nyata) dengan membuat wahana guna melintasi 7 sap angkasa raya-Nya.
Ketika Allah memperjalankan Rasul-Nya dengan menunggang buraq, tidak mandek dengan mengimani saja, lanjutkan dengan membangun mega proyek superspeed space craft yang sanggup melawan gaya sentrifugal tanpa berkurang kecepatannya saat quantum leaping tiap tapal batas antar langit.
Hai masyarakat jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.
(QS. Ar Rahman : 33)Elektron butuh energi untuk quantum leap ke orbit (valensi) berikutnya, dari fakta ini ditemukanlah nuklir. Dengan energi yang sama pula wahana ultra cepat dapat diwujudkan mengingat betapa efisiennya bahan bakar yang satu ini.
Starship USS Enterprises, Kapal StarTrek bertenaga reaktor nuklir.
Sebetulnya 'bocoran informasi' ini bisa disaksikan dalam film Star Trek, dan penulis curiga jangan-jangan film tersebut semacam blue print kasar dari dream project yang dijalankan NASA dengan fakta-fakta yang dirahasiakan di Area 51 yang top clasify. Jika kita cermati kapal angkasa luar di sini menggunakan power supply yang diasup energinya oleh sebuah reaktor nuklir.
Lantas apa kaitannya dengan wayang golek dan Turki di atas? Pertama-tama, kita harus sanggup mengakui, bahwa saat ini dunia Islam telah sangat jauuuuh tertinggal di segala sektor dengan dunia luar karena terlalu sibuk bertengkar dalam hal-hal khilafiyyah, hingga lupa atau lebih tepatnya lalai akan misi utama dari langit yang diembannya sebagai khalifah fil ardhi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
(QS. Al Baqarah : 30)Wallahu a’lam bishawab